Di Jakarta ada petani? Ya, betul, bahkan ada pasarnya! Datang saja ke Gudang Sarinah Ekosistem setiap Minggu, pekan pertama setiap bulan. Di sinilah para Petani Kota berkumpul untuk menjual, mempromosikan hasil tanam, olahan rumah, bibit, benih, tanaman hias, berkebun, dan sharing.

Pasar unik ini terletak di Jalan Pancoran Timur 2, Nomor 4, Jakarta Selatan, di sebuah gudang besar– tepatnya di sela-sela dua gudang besar. Di dalam gudang pertama dipakai untuk kegiatan radio, galeri, perpustakaan, hingga ruang belajar komunitas anak-anak muda. Lalu, jalan pemisah dan selasar– di sinilah Pasar Petani Kota digelar— ke gudang kedua (yang dipakai untuk Pasar Tumpah Ruah yang menjual berbagai barang).

Di jalan dan selasar ini digelar meja-meja, yang di atas dan bawahnya ditaruh berbagai hasil petani kota. Ada bibit strawberry pengembangan sendiri. Juga, jamur, tanaman sayur untuk konsumsi, tanaman herbal, hingga tanaman hias. Ada pula olahan hasil pangan, seperti keju bikinan sendiri, olahan hasil panen lemon, hingga Kombucha yang diolah dari hasil tanaman kebun sendiri.

“Tujuan awalnya seru-seruan sama siapa saja yang punya kecintaan kepada tanaman, bercocok tanam, dan eksperimen dari hasil panennya di kota,” kata Julian Riezki Pratama, Kurator Program Pasar Petani Kota yang ditemui di lokasi pada Minggu, 4 Februari 2018. Total petani yang tergabung dalam kegiatan yang berlangsung sejak 2016 ini sudah mencapai 78 orang, sedangkan yang membuka lapak pada hari ini sebanyak 38 orang.

Ya, Petani Kota ini memanfaatkan apa yang ada di kota untuk bertani atau berkebun di tengah hutan beton. “Ada yang bikin kebun di halaman kampusnya, di atap atau dak rumahnya, vertical farming sederhana dengan botol-botol plastik, hidroponik, atau di halaman rumah tanam bawang merah, sereh, bunga teleng,” ujar Riezki. Ada kepuasan tersendiri, menurut Riezki, daripada beli, mereka bisa menikmati prosesnya, dari benih, batang, daun, akhirnya jadi sesuatu yang bisa dimanfaatan atau dikonsumsi.

Transaksi yang terjadi di Pasar Petani Kota sebetulnya bukan semata dalam bentuk hasil, jual beli, tapi dalam bentuk transaksi edukasi. Pasar Petani kota bukan sebuah event tapi program. Sebuah program yang sustainable, secara kontinyu dan ramah lingkungan, karena mereka bicara tentang masalah ekologi di sini.

“Pasar Petani Kota itu sebetulnya tempat ngumpul, sharing pengalaman, sharing ide, sharing pengetahuan. Transaksi barang bukanlah hal yang utama, Pasar Petani Kota tidak berorientasi pada kapital, tapi lebih ke sosial dan lingkungan. Interaksi, transaksi ilmu, dan edukasi,” kata Riezki.

Makanya, jangan heran kalau misalnya beli sesuatu di Pasar Petani Kota lalu “ditodong”, diajak ngobrol sama yang jual, “Sudah tahu gak soal ini?” Ya, itu tadi, bakal ada sharing, berbagi. Jadi, menurut Riezki, Pasar Petani Kota punya sebuah sistem yang namanya “maker system”, tidak hanya bikin produk, tapi maker, membuat seorang pembuat lagi.

Sharing akan berjalan bila pengunjung yang datang sudah dapat melihat dan merasakan apa yang telah dilakukan Petani Kota. “Supaya edukasi ini tersalurkan, maka output-nya ya lu sudah tahu nih, gua sudah buktiin, ini bicara sustainable, dan gua bisa subsidiin diri gua juga, lu kan sudah tahu, maka itu kembali kepada next to do-nya lu,” ujar Riezki.

Seperti apa yang terlihat di lapak Kombucha Kyntamanis. Seorang anak muda bernama Hifdzikhoir duduk di bangku depan meja, sambil menikmati segelas kecil Kombucha Teh Rosella– yang baru pertama kali dicobanya, ”Wuihh, enak-enak.. seger, ini kita bilang bir halal saja ya.. ha-ha-ha… ”

“He-he-he.. ini Kombucha dari Teh Rosella,” kata Mirna Nur Utami, pengelola Kyntamanis Kombucha. Selain dari Rosella, Mirna dan kawannya juga membawa Kombucha dari Teh Bunga Teleng dan Teh dari kulit biji kopi (Cascara). Minuman menyegarkan ini dikemas dalam botol-botol beling ukuran 250 ml. Selain itu disediakan juga contoh “daun teh” Bunga Teleng, Rosella, dan Cascara.

Kombucha ini, menurut Mirna menjawab pertanyaan Hifdzi, adalah jenis minuman. Teh Kombucha adalah teh yang difermentasikan. Ada ada dua jenis teh: yang diseduh dari daun teh dan ada yang diseduh bukan dari daun teh (seperti dari Rosella, Cascara, dan Bunga Teleng tadi). Rasa Kombucha unik: campuran asam, manis, dan kreyes-krenyes soda alami. Memiliki khasiat: menyehatkan saluran pencernaan agar penyerapan makanan lebih baik. Plus, kegunaan dari masing-masing teh yang dijadikan bahan dasar, misalnya Rosella memperlancar aliran darah dan menurunkan tekanan darah serta cascara yang memiliki anti oksidan dan degeneratif.

Mirna berangan-angan, bila ibu-ibu di rumah membuat dan menyimpan Kombucha di lemari es, maka bisa jadi alternatif minuman untuk anak-anak mereka. “Lebih sehat dibandingkan minuman botol dari pabrikan yang sering diminum anak-anak,” ujar cewek muda yang menanam Rosella dan Bunga Teleng sendiri di rumahnya ini.

Inilah yang tampaknya diharapkan dari Pasar Petani Kota. Orang yang beranggapan bahwa Jakarta, kota besar, tidak cocok untuk orang bercocok tanam, terbantahkan. “Tidak ada yang tidak mungkin. Kita bisa mandiri. Minimal, daripada kita selama ini hanya menjadi sebuah konsumen, kita bisa belajar dari kecil-kecil menjadi seorang produsen, minimal buat dapur sendiri,” kata Riezki. Kelebihannya bisa dijual. Dan, saling berbagi. Sharing bukan untuk kompetisi tapi untuk kolaborasi.

Ardi Bramantyo

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini